Turis asing memotret kucing di Hagia Sophia, (Atas dan kanan), Mustafa Efe dan kucing kesayangan (Foto kiri),*Dok.ABH
|
Seorang wanita sedang tidur di lantai 4 sebuah apartemen yang terletak di lingkungan Guzelyali, distrik Cukurova, Propinsi Adana, Turki selatan. Canan S dibangunkan seekor kucing dengan cara menarik-narik rambutnya.
Canan S (48th) terbangun. Betapa sangat terkejutnya. Sekitar kamar tidurnya tersulut api. Menyadari tempat tinggalnya mulai terbakar, wanita itu segera meninggalkan gedung. Kucing kesayangannya, yang bernama “Efe” dia bawa serta.
Kobaran api dengan cepat ditangani, setelah petugas pemadam kebakaran dikirim ke tempat kejadian. Tak ada korban jiwa. Wanita dan kucingnya dilaporkan dalam kondisi baik. Seorang wanita Turki telah lolos dari maut berkat kucing kesayangannya (Turkinesia, 2/3/2019).
Kucing memang menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan warga Turki. Agama, budaya dan sikap yang benar berada di balik hubungan cinta. Antara penduduk Istanbul dan kucing mereka.
Bila berjalan-jalan di Kota Istanbul, Turki, para turis akan disuguhkan pemandangan kucing-kucing liar. Berkeliaran di setiap sudut kota. Melintas di lobi gedung kantor, atau ketika sedang tidur di salah satu kursi di bar.
Para pemilik toko dan penduduk sekitar sudah hafal betul kelakuan si kucing, bahkan nama-nama dari kucing yang kerap berkeliaran di lingkungan mereka. Terkadang, mereka mengajak ngobrol hewan menggemaskan itu, layaknya berbincang dan bersenda gurau dengan seseorang.
Beberapa pecinta kucing di Istanbul rela membelikan kandang untuk kucing-kucing liar tersebut, agar nantinya binatang karnivora ini bisa menghangatkan diri.
Biasanya, mereka memanfaatkan diskon di pets shop atau toko hewan peliharaan selama musim dingin menyelimuti ibu kota Turki itu. Beberapa bahkan membawa kucing-kucing itu ke rumah pada malam-malam bersuhu beku.
“Kalau soal kucing, uang tidak jadi masalah untuk beberapa orang,” kata seorang karyawan toko hewan peliharaan.
“Mereka akan mengambil kucing yang kakinya patah, yang buta, atau yang punya masalah pencernaan dan membawa ke klinik. Ketika kucing-kucing itu sudah sembuh, mereka akan melepasnya kembali ke jalanan,” imbuhnya.
Kucing Persian (Kiriman Inaz)
|
Komunitas “Sahabat Manaya Explore Turkey” selama berada di Turki (11-17 Februari 2019), sering melihat kucing berkeliaran.
Pada waktu kunjungan ke Museum Hagia Sophia seekor kucing berada di dekat mimbar masjid peninggalan Kesultanan Ottoman. Turis dari Jepang dan China saling berebut, memotret kucing jenis “Persian” itu.
Dalam rombongan kami, ada kakak beradik paling ramai jika melihat kucing bebas berlarian. Inez dan Inas -demikian sapaan mereka, menyempatkan beli makanan khusus kucing. Untuk dibagi-bagikan ke kucing atu anjing.
Imam Masjid dan kucing
Foto-foto Mustafa Efe, Imam Masjid Aziz Mahmud Hudayi, dibagikan secara luas lewat media sosial oleh mereka yang mengunjungi masjid tersebut.
Mustafa Efe dan kucing kesayangan (Istimewa)
|
Imam Efe tidak hanya disukai karena selera humor dan ketekunannya. Namun juga kecintaannya terhadap kucing. Ini menurut mereka yang memposting foto-foto Imam Efe secara online.
Pada akun facebook-nya, Mustafa Efe, imam tersebut memposting video induk kucing membawa bayi-bayinya dengan mulutnya ke dalam masjid, melindungi mereka dari bahaya di luar.
Pemilik akun twitter @hafizmustafaefe itu mengatakan, “Tamu hari Jum’at di masjid kami. Sebuah kejutan menunggu kita pada khutbah hari ini. Kucing ini telah menemukan jantung kasih sayang dan belas kasih.”
Mustafa Efe, imam yang mempublikasikan foto-foto kucing tersebut tidak menyangka bahwa itu akan menarik banyak perhatian dan mengatakan apa yang dia lakukan merupakan kewajiban semua muslim.
“Kepercayaan kami semuanya tentang kasih sayang dan ampunan. Penerimaan terhadap binatang merupakan salah satunya,” kata Efe pada media Turki yang mewawancarainya.
“Kucing tidak dianggap najis dalam Islam jadi membiarkan mereka tinggal di masjid sepenuhnya tidak masalah,” dia menambahkan.
Korban perang Suriah
Kucing berusia delapan bulan itu pertama kali dibawa ke Asosiasi Peningkatan Kehidupan Hewan (CAHIDE) di kota Gaziantep. Dia dibawa ke tempat itu setelah ditemukan Sersan Omer Ozkan di kota Al-Bab, Suriah saat dia bertugas dalam operasi militer di kota tersebut.
Setelah dirawat para aktivis Cahide, ternyata banyak pihak ingin mengadopsi Baris. Termasuk perusahaan penerbitan Kirmizi Kedi (Kucing Merah) di Istanbul. Haluk Hepkon, pemilik perusahaan itu, mengirim salah seorang karyawannya Salih Yavuz ke Gaziantep menjemput Baris.
Baris diadopsi perusahaan penerbitan di kota Istanbul, Turk (kompas.com)
|
Salih dan Baris tiba kembali di Istanbul. Kucing itu langsung memulai kehidupan barunya di antara tumpukan buku di tempat baru. Perusahaan penerbitan itu.
“Dia kini menjadi staf kami yang paling berharga. Kini saya ingin membuat Baris betah di rumah barunya ini,” kata Hepkon (kompas.com, 10/4/2017).
“Fakta bahwa Baris kini hidup di penerbitan bernama ‘Kucing Merah’ merupakan akhir kisah yang terbaik bagi dia,” lanjut Hepkon.
“Terima kasih kepada sang prajurit yang memiliki belas kasihan dan membawa hewan ini. Baris menjadi bukti betapa pahitnya konflik Suriah. Saya harap kedatangan Baris bisa memberikan perdamaian di Suriah,” harap Hepkon.
Kemesraan penduduk Istanbul pada kucing telah dikenal sejak jaman dulu. Mereka terbiasa merawat satwa liar bak binatang kesayangan sendiri.
Tetapi bagi orang yang mengenal Istanbul. Cinta dan penghormatan yang diperlihatkan penduduk kota ini terhadap kucing, bukanlah merupakan sebuah kejutan.
Jika diadakan sebuah kontes menentukan ibukota dunia bagi kucing. Maka, Istanbul tentu dapat menjadi pesaing utama gelar tersebut. Hampir di semua gang dan sudut jalan terdapat beberapa kucing dan hampir seluruhnya dirawat dengan baik.
“Jika tidak ada kucing, Istanbul kehilangan jiwanya,” tutur penduduk lokal.