Tahun 1700-an Kaisar Polandia II Augustus melakukan kunjungan kenegaraan ke Istanbul. Seorang tentara yang menemani kaget bukan kepalang. Tuan tuan rumah menggelar pertunjukan musik. Kekaisaran Ottoman mengeluarkan barisan membawa berbagai alat musik.
Tentara tersebut heran. Di telinganya, permainan musik resmi kerajaan Turki Usmani terdengar sangat asing. ”Musiknya ribut luar biasa,” kata tentara Prusia itu.
Barisan orang berpakaian merah dan hijau itu adalah “Mehter”. Kelompok musik Kekaisaran Ottoman. Mirip seperti marching band saat ini dengan alat musik drum dan simbal.
Mehter berasal dari bahasa Persia yang berarti superior. Mungkin ini bisa menjelaskan kepada sang tentara Prusia, mengapa suaranya harus luar biasa bising.
Turki berkembang pesat. Melesat bagaikan pesawat. Di pentas dunia, di panggung lesehan. Di mimbar-mimbar kutbah Turki jadi pembicaraan. Menjadi sumber berita. Bahkan menginspirasi cerita novel, dan film layar lebar.
Di lain pihak, ini hebatnya Turki. Sejumlah tempat peradaban masa lalu tetap ditata. Dipertahankan secara baik. Tanpa perlu hanyut arus modernisasi. Dikomunikasikan lewat para pemandu wisata.
Komunitas “Sahabat Manaya Explore Turkey” menjelajah Negera Turki selama enam hari (11 Februari-17 Februari 2019). Menjumpai berbagai hal. Sederhana, tapi mengena. Memetik sisi lain peninggalan masa lalu dari Museum Topkapi.
Band militer pertama di dunia ternyata buah tangan orang Muslim. Terjadi pada awal berdirinya Dinasti Ottoman tahun 1289. Sultan Seljuk Alaudin III mempersembahkan band ini kepada pemimpin Ottoman Osman I. Sebagai ucapan selamat, atas negara yang baru terbentuk.
Pada perkembangan era Kekaisaran Ottoman, band militer disebut “Mehter”. Dalam situasi damai, band militer itu bertugas memotivasi memasyarakat. Di lain pihak juga menjadi pemompa semangat bagi prajurit di medan perang. Untuk menghancurkan semangat musuh.
Personil band ini meliputi 150 sampai 200 orang. Arsip kerajaan menyebutkan, awalnya band Mehter kurang diminati pasukan Turki pada waktu itu. Sebagai jalan keluar, pihak istana merekrut kalangan orang Kristen atau mualaf Armenia dan Yunani.
Mereka tampil di pintu tengah istana, atau dalam bahasa setempat disebut “Babusselam. Sejak itu Mehter menjadi simbol Ottoman. Para pemain musik Mehter biasanya merupakan pejabat dekat Sultan. Umumnya dibayar dengan gaji tingi.
Sejarah mencatat, band ini pernah menjadi tanda shalat. Membangunkan penghuni istana untuk melaksanakan shalat. Dimainkan pada waktu Maghrib, Isya, Subuh, dan persiapan menjelang shalat Jumat.
Selain mengisi acara-acara keagamaan, para musisi Mehter diminta tampil pada upacara resmi kekaisaran. Terlebih saat terjadi momen meraih kemenangan dalam perang, Menghibur tamu negara dan mengiringi keberangkatan keluarga istana yang berangkat haji ke Tanah Suci.
Led Zeppelin dan James Brown
Mehter Ottoman grup musik khas. Mempunyai instrumen berbeda-beda. Masing-masing jika dibahasakan Turki, adalah “davul” (bas drum); “zurna” (pipa melengking); “zil” (sambal); “nakare” (sejenis drum kecil), dan terompet.
Sudut Markas
|
Beda dengan Mehter di medan perang. Mehter milik pribadi penguasa Ottoman terdiri dari hanya 90 anggota dengan 12 instrumen. Komponen alat-alatnya sama yang disebut di atas. Setiap instrument mewakili bagian berbeda.
Pernah terjadi. Dalam sebuah ajang pertempuran Sultan menambahkan “kos” -perkusi raksasa. Digunakan untuk menakuti-nakuti musuh. Para tentara, atau sering disebut Janissari berteriak, “Tuhan itu satu! Tuhan itu satu…”
Formasi mereka berbaris membentuk bulan sabit. Pemain wajib membawa evgan. Semacam logam bulan sabit besar yang dihiasi lonceng. Suara gemerincing lonceng yang dibawa evgan turut menghidupkan suasana alunan musik mehter.
Dalam Bahasa Ottoman, kata “Mehter” berarti bulan sabit. Sedangkan “Mehteran” merupakan bentuk jamak. Markas Mehter berada di Istana Ottoman, bernama “Mehterhane”.
Alunan suara Mehter terdengar sampai Eropa ketika Ottoman menaklukkan Kota Konstantinopel pada 1453 M. Berlanjut dengan ekspansi militer ke Eropa Selatan dan Eropa Timur sampai 1699 M.
Pada masa yang disebut dengan Perang Turki itu, Ottoman berusaha memperluas kekuasaan. Mereka ke Eropa membawa serta Mehter dalam setiap pertempuran. Semata-mata untuk menyemangati bala tentara.
Sementara itu, periode awal Republik Turki, kelompok Mehter sering mengadakan konser di seluruh dunia. Selalu menyedot perhatian penonton asing. Eropa pun mulai akrab dengan simbal dan drum bertalu-talu. Suara asing yang tidak pernah mereka dengar sebelumnya.
Beberapa surat kabar menaruh berita di halaman utama. Bahkan mengomentari kesuksesan Mehter dengan Tajuk khusus: “Ottoman Menaklukkan Eropa”.
Mehmet Ali Sanlikol, seorang musisi rock dan jazz asal Turki. Dia menulis buku The Musician Mehters. Menurutnya, Mehter mengalunkan suara lebih dari sekadar lagu perang. Suara ribut Mehter mirip alunan nada grup band Led Zeppelin, Herbie Hancock’s Headhunters, dan James Brown. Musik rock mereka terinspirasi dari Dinasti Ottoman.
Hari ini Istana Ottoman menjadi Museum Topkapi. Hari ini, musik Mehter menjadi lagu kebanggaan Nasional di Turki.